Rabu, 09 Januari 2013

Coklat Untuk Rita


“Rita, kau kenapa?”
“Tidak apa. Mengapa?”
“Kau nampak gelisah. Wajahmu tidak dapat menyembunyikannya”, ucap Reza sambil memandangi  wajah Rita. Namun Rita tidak menghiraukan perkataan Reza.
Sore itu Rita dan Reza sedang duduk di depan kelas mereka menuggu hujan yang tak kunjung reda. Sesekali Reza memandangi Rita dengan seksama. Entah apa yang ia cari atau entah apa yang ia ingin katakan padanya. Namun Rita tetap dalam kesibukannya sendiri memandangi jam kemudian ponsel kemudian hujan dan kembali ke jam. Ia melakukannya terus menerus. Ya, dengan wajah gelisah.
Hati Reza masih bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Rita. Pertanyaan itu selalu muncul karena ini bukan waktu yang tepat untuk gelisah. Ini hari valentine. Di mana semua hati bersuka karena kasih sayang dan cinta. Di saat teman-temannya yang lain bersuka atau bertukar coklat, Rita tetap berkutat dengan kegelisahannya dalam heningnya.
Perlahan dalam keheningan Reza bertanya, “Rita, apa kau percaya tentang cinta atau kasih sayang?”. Pertanyaan itu seolah menjadi mesin waktu baginya. Membawanya kembali kemasa lalu, masa kecil, masa suram. Betapa suram hidupnya.
“Sudah pa, jangan pukul mama lagi”
“Pa, sudah!”
“Papa jahat. Papa rela memukul mama”
“Pa, sebenarnya mau papa apa sih?!”
“Jangan pa! Jangan pukul aku juga! Jangan pukul kami!”
Teriakan-teriakan anak kecil yang perlahan bertamabah dewasa dan akhirnya menjadi teriakan anak SMA. Teriakan itu terlalu nyaring terdengar oleh telinganya. Teriakan yang selalu mengisi harinya. Hidupnya benar-benar suram, benar-benar keras. Perbuatan biadab yang di perbuat ayahnya membuatnya tidak percaya akan kasih sayang dan cinta bahkan. Sampai sekarang semua itupun masih terjadi padanya. Mungkin itu lupa bagaimana caranya untuk bersuka.
Air matanya tak terbendung lagi. Pipnya mulai basah. Ia berusaha menutupinya. Ia sekuat tenangan menahan tangisnya, menahan semua rasa di dadanya. Menahan sekuat tenaga. Kemudia ia berdiri dan pergi meninggalkan Reza tanpa mengucapkan sepatah kata pun dengan memendam rasa itu. Reza menjadi bingung, apa yang salah dalam ucapnnya. Ia semakin bertanya-tanya dalam hatinya. Mencari-cari kesalahan ucapannya.
Reza tetap bingung namun Rita sudah meninggalkannya. Kini yang tertinggal hanya pertanyaan besar dan.…sebatang coklat itu. Coklat yang sudah disiapkan Reza. Tentu saja untuk Rita. Masih tersimpan rapi didalam tasnya. Dan satu lagi, “Rita, aku sayang kamu…”.  Ucapan itu masih rapi terpendam dalam hatinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar