“Rita,
kau kenapa?”
“Tidak
apa. Mengapa?”
“Kau
nampak gelisah. Wajahmu tidak dapat menyembunyikannya”, ucap Reza sambil memandangi
wajah Rita. Namun Rita tidak
menghiraukan perkataan Reza.
Sore
itu Rita dan Reza sedang duduk di depan kelas mereka menuggu hujan yang tak
kunjung reda. Sesekali Reza memandangi Rita dengan seksama. Entah apa yang ia
cari atau entah apa yang ia ingin katakan padanya. Namun Rita tetap dalam
kesibukannya sendiri memandangi jam kemudian ponsel kemudian hujan dan kembali
ke jam. Ia melakukannya terus menerus. Ya, dengan wajah gelisah.
Hati
Reza masih bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Rita. Pertanyaan itu selalu
muncul karena ini bukan waktu yang tepat untuk gelisah. Ini hari valentine. Di mana
semua hati bersuka karena kasih sayang dan cinta. Di saat teman-temannya yang
lain bersuka atau bertukar coklat, Rita tetap berkutat dengan kegelisahannya
dalam heningnya.
Perlahan
dalam keheningan Reza bertanya, “Rita, apa kau percaya tentang cinta atau kasih
sayang?”. Pertanyaan itu seolah menjadi mesin waktu baginya. Membawanya kembali
kemasa lalu, masa kecil, masa suram. Betapa suram hidupnya.
“Sudah
pa, jangan pukul mama lagi”
“Pa,
sudah!”
“Papa
jahat. Papa rela memukul mama”
“Pa,
sebenarnya mau papa apa sih?!”
“Jangan
pa! Jangan pukul aku juga! Jangan pukul kami!”
Teriakan-teriakan
anak kecil yang perlahan bertamabah dewasa dan akhirnya menjadi teriakan anak
SMA. Teriakan itu terlalu nyaring terdengar oleh telinganya. Teriakan yang
selalu mengisi harinya. Hidupnya benar-benar suram, benar-benar keras.
Perbuatan biadab yang di perbuat ayahnya membuatnya tidak percaya akan kasih
sayang dan cinta bahkan. Sampai sekarang semua itupun masih terjadi padanya.
Mungkin itu lupa bagaimana caranya untuk bersuka.
Air
matanya tak terbendung lagi. Pipnya mulai basah. Ia berusaha menutupinya. Ia
sekuat tenangan menahan tangisnya, menahan semua rasa di dadanya. Menahan
sekuat tenaga. Kemudia ia berdiri dan pergi meninggalkan Reza tanpa mengucapkan
sepatah kata pun dengan memendam rasa itu. Reza menjadi bingung, apa yang salah
dalam ucapnnya. Ia semakin bertanya-tanya dalam hatinya. Mencari-cari kesalahan
ucapannya.
Reza
tetap bingung namun Rita sudah meninggalkannya. Kini yang tertinggal hanya
pertanyaan besar dan.…sebatang coklat itu. Coklat yang sudah disiapkan Reza.
Tentu saja untuk Rita. Masih tersimpan rapi didalam tasnya. Dan satu lagi, “Rita,
aku sayang kamu…”. Ucapan itu masih rapi
terpendam dalam hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar