Aku tau aku tak bisa mendekapmu, menjadikanmu pengisi hati bagian cinta. Aku tau secara fisik kita tak mungkin bersatu. Tapi hati ini selalu meronta untuk mendekapmu. Tak kunjung selesai, penyakit gengsi ini turut andil dalam permasalahan. Laju kaki ku mtuk menggapaimu pun semakin berat.
Hatipun hanya bisa meminta mata untuk memandangi selalu fotomu nan indah sebagai obat rindu. Tangis hati ini terus bercecrah. Luka rindu semakin menjadi, mengigit semua perasaan yang tersimpan. Hanya dunia mayalah mulut berani berkata. Hatipun mulai kecewa. Namun apa daya.
Mulai ku coba tuk melepas rantai gengsi. Kucoba, walau peluh terus bercucuran. Kuperjuangkan terus, terus, terus, hinga hati mencapai puncak kebahagiaan. Kebaahgiaan yang mampu membuatku buta pada semua tujuan hidup, dan hanya mampu memandangi indah parasmu, Namun otak sudah meneyrah. Dengan pikiran logisnya iya meneyrah, Mengetahui medan yang terlalu terjal, ia hanya mampu tertunduk lesu dan menyerah.
Aku tidak tau siapa pengisi hatimu, aku tidak tau syarat-syarat untuk menjadi penjaga hatimu. Namun aku tau, bahwa hati ini tak kuasa ingin memeluk hatimu. Jeritannya sudah membuatku gila. Gila karena jeritan, jeritan karena cinta.
Oh, siapakah engkau sebenarnya? Bidadarikah, atau siapa, sehingga engkau mampu menghipnotisku. Kau selalu menarik perhatian hatiku dengan magnet ajaibmu. Heran kusungguh heran. Hanya menggunakan keelokan wajahmu, kau mampu membuatku terbuai terbang ke langit ke 7. Frontal sungguh, namunhanya ini yang bisa kulakukan.
Semua ucapanku hanya bisa ku rangkum menjadi suatu pesan singkat, "Bila raga tak mungkin bersama, bila hati mu susah menerima hatimu, biarlah pertemanan kita abadi sampai selama-lamanya"
PS: Te amo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar